Minggu, 06 Mei 2018

Kegiatan Bermain Peran | PAUD Unipa Sby

KEGIATAN BERMAIN PERAN PADA AUD
(Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah Metodologi Pengembangan Bahasa AUD)


Dosen Pengampuh : Anies Listyowati, S.Pd., M.Pd.




Kelompok 4 :
1. Nur Amanatus Sholikha ( 14 – 900 – 0002 )
2. Rina Mufidatin Aulia ( 14 – 900 – 0065 )



KELAS 2014 – B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
TAHUN 2018




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelengaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletak dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Pendidikan anak usia dini memberikan pembiasaan akan merangsang tumbuh kembang anak. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan selanjutnya.
Pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulus dan rangsangan dari lingkungannya. Apabila anak mendapatkan stimulus yang baik, maka aspek perkembangan anak akan berkembang secara optimal. Secara umum, pendidikan anak usia dini adalah masa-masa yang sangat menyenangkan bagi anak, karena salah satu prinsip pendidikan anak usia dini ialah belajar sambil bermain. Waktu bermain adalah hal yang sangat penting bagi anak.
Anak-anak belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara. Meskipun cara anak yang satu dengan yang lain berbeda, ada hal-hal yang umum yang terjadi pada hampir setiap anak. Pengetahuan tentang hakikat perkembangan bahasa anak, perkembangan  bahasa lisan dan tulis yang terjadi pada mereka, dan perbedaan individual dalam pemerolehan  bahasa sangat penting bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa anak, khususnya pada waktu mereka belajar membaca dan menulis permulaan. Sehingga Pemerolehan bahasa pertama anak dan perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya. Itulah sebabnya calon guru sekolah dasar perlu menguasai berbagai konsep yang terkait dengan perkembangan dan pemerolehan bahasa anak.
Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan social. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, Tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri.
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Manusia merupakan makhluk social dan individual, yang dalam hidupnya senantiasa berhadapan dengan manusia lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka berinteraksi, berinterdepedensi dan pengaruh mempengaruhi. Sebagai individu manusia memiliki pola yang unik dalam berhubungan dengan manusia lain. Ia memiliki rasa senang, tidak senang, percaya, curiga, dan ragu terhadap orang lain. Namun perasaan tersebut diarahkan juga pada dirinya. Perasaan dan sikap terhadap orang lain dan dirinya itu mempengaruhi pola respon individu terhadap individu lain atau situasi di luar dirinya. Karena senang dan penasaran ia cenderung mendekat. Karena tidak senang dan curiga ia cenderung menjauh manifestasi tersebut disebut peran.







BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Bahasa Anak
Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya. Sebagai mana dikemukakan Dhieni (2006:3.1) perkembangan bahasa adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
 Bahasa lisan sudah dapat digunakan anak sebagai alat komunikasi. Namun sering kita temukan anak yang belum memiliki kemampuan bahasa yang optimal sesuai dengan karakteristik kemampuan bahasa anak usia Taman Kanak-Kanak. Untuk itu sangat diperlukan peran pendidik dalam pemberian rangsangan atau stimulus agar bahasa anak dapat berkembang dengan optimal dalam kegiatan pembelajaran.

B. Keterkaitan Berpikir dengan Berbahasa
Sebagai media dalam berpikir, bahasa sangat berkaitan erat dengan pikiran. Keterkaitan antara berpikir dan berbahasa dapat dipetakan dalam tiga pendapat, hanya menyangkut variable mana yang menjadi penyebab.
1. Bahasa mempengaruhi pikiran
Bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak. Melalui bahasa seorang anak belajar tentang atribut-atribut tertentu baik mengenai dirinya sendiri, diri orang lain dan situasi yang dialaminya.
2. Pikiran mempengaruhi bahasa
Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Menurut teori pertumbuhan kognitif, seorang anak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan kemudian baru bahasa.
3. Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan antara pikiran dan bahasa bukanlah merupakan suatu benda, melainkan merupakan suatu proses, satu gerak yang terus-menerus. Pikiran berbahasa berkembang melalui beberapa tahap. Mulai anak-anak harus mengucapkan kata-kata, kemudian bergerak ke arah mengerti atau berpikir.

C. Karakteristik Perkembangan Berbahasa Anak
Perkembangan Bahasa Anak Umur 0 - 1 Tahun
1. Lebih banyak bersuara dari pada nangis
2. Mulai mengucapkan hurup-hurup idup saat menengis
3. Menirukan suara saat di timang dengan mendekut
4. Bersuara atau berteriak tidak senang sebagai cara lain dari pada menangis
Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Umur 1-2 Tahun
1. Menirukan suara celotehan atau kata-kata yang di kenalnya
2. Menyampaikan keinginan/kebutuhan dengan bersuara
3. Mempuntai 20 kosa kata funsional menggunakan kata depan
4. Menggunakan 2 kombinasi kata untuk membentuk kalimat
Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Umur 2-3 Tahun
1. Menggunakan kata-kata jamak yang taratur
2. Menggunakan kombinasi 3 kata    untuk membentuk kalimat
3. Menjawab pertnyaan    sederhana “apa”
4. Mengulang kalimat yang terdiri dari lima kata
5. Mengidentifikasi kejadian sederhana saat di tany
6. Menggunakan kalimat dengan 4 kata
Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Umur 3-4 Tahun
1. Menyebutkan nama depan dan nama belakangkangnya
2. Menyebutkan 3 kejadian/peristiwa umum
3. Menceritakan pengalaman sederhana
4. Mulai mengajukan pertanyaan yang terencana
5. Konsisten dalam menggunakan kalimat lengkap
6. Bertanya dengan menggunakan variasi kata: siapa, apa, di mana dsb
7. Berderita dengan menggunakan gambar
8. Mampu menjawab pertanyaan”jika....lalu apa?”
Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Umur 4-5 Tahun
1. Dapat menggunakan kata sambung tapi
2. Dapat mendefinisikan kata-kata yang sederhana
3. Dapat menceritakan perbedaan suatu benda
4. Dapat menyebutkan kota asalnya
Karakteristik Perkembangan Anak Umur 5-6 Tahun
1. Dapat berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang kompleks terdiri dari 5-6 kata
2. Dapat melakukan percakapan tanpa memonopoli pembicaraan
3. Dapat menggunakan kata-kata yang menunjukkan keurutan
4. Dapat menerima pesan sederhana dan menyampaikan pesan tersebut
5. Dapat menyebutkan nam orang tuanya.

D. Faktor Perkembangan Bahasa Anak
Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dimiliki seseorang. Melalui komunikasi kita mengekspresikan perasaan, keinginan, kebutuhan, ide pikiran dan bertukar informasi. Melalui komunikasi kita dapat berinteraksi dengan orang lain.
Komunikasi adalah proses dua arah yang melibatkan satu orang atau lebih sebagai pemberi pesan dan orang lain sebagai penerima pesan. Dalam proses itu, pemberi pesan atau penerima pesan bertingkah laku sesuai dengan pesan yang tersampaikan.
Salah satu cara yang paling umum digunakan adalah bahasa. Kita dilatih menggunakan bahasa sejak usia 0 tahun. Meskipun ia tergolong kemampuan alamiah, namun orangtua tetap perlu memberikan pengarahan dan pengajaran kepada anak. Sehingga, anak mampu berkomunikasi melalui bahasa secara maksimal sesuai dengan usianya.
 Dalam mengajarkan anak kemampuan berbahasa, Anda perlu memahami tahapan perkembangan bahasa anak usia dini. Karena setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri yang harus mendapatkan perlakuan berbeda. Apabila orangtua mampu memberikan stimulasi dengan tepat, maka kemampuan berbahasa anak tumbuh secara sempurna.
Kemampuan berbahasa anak dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1. Usia Anak
Saat usia anak semakin bertambah, maka fisiknya pun menjadi semakin sempurna. Pertumbuhan organ bicara hingga kerja otot-otot untuk melakukan gerakan dan isyarat terbentuk semakin baik.
2. Kondisi Lingkungan
Pada dasarnya, bahasa dipelajari dari lingkungan tempat dimana seseorang itu tumbuh. Mereka yang tinggal di desa memiliki perkembangan bahasa yang berbeda dengan mereka yang tinggal di kota. Begitu pula dengan anak yang tinggal di pesisir pantai dengan anak yang tinggal di daerah pegunungan. Lingkungan yang dimaksud meliputi lingkup keluarga, pergaulan anak dengan tetangga, teman sebaya, teman bermain dan kelompok sosial lainnya.
3. Kecerdasan Anak
Mengenal tanda-tanda, gerakan, memahami ekspresi orang-orang di sekitarnya, mendengar tentang bunyi atau suara dan menirukannya membutuhkan kemampuan motorik yang baik.Sedangkan, kemampuan motorik berhubungan erat dengan kemampuan intelektual seseorang. Ketepatan meniru, menghasilkan perbendaharaan kata-kata, menyusun kalimat dengan baik, memahami respon hingga merespon balik orang yang mengajaknya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh kecerdasan seorang anak.
4. Status Sosial dan Ekonomi Keluarga
Dengan status sosial dan ekonomi yang baik, orangtua akan mampu menyediakan situasi yang baik pula bagi perkembangan bahasa anak-anaknya. Rangsangan dan respon yang diberikan oleh keluarga berstatus sosial tinggi tentu saja akan berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Perbedaan ini akan nampak setelah mereka beranjak remaja. Bagaimana seseorang menerima pesan dari temannya, bagaimana cara seseorang menanggapi pesan temannya dan sebagainya. Jadi, pendidikan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa seorang anak.
5. Kondisi Fisik
Kondisi fisik yang dimaksud adalah kesehatan anak. Apabila seorang anak mengalami cacat pada bagian atau organ tubuh tertentu, maka kemampuannya untuk berkomunikasi akan terganggu. Misalnya, bisu, tuli, gagap atau organ tubuh lain yang tidak sempurna, sehingga mengganggu perkembangan komunikasinya dalam berbahasa.

E. Tahap Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa anak yang tidak maksimal dapat menimbulkan berbagai masalah saat mereka menginjak usia remaja hingga dewasa muda. Masalah tersebut diantaranya, kesulitan membaca dan menulis sehingga mengakibatkan pencapaian akademiknya menjadi kurang. Dengan pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa, mereka pun akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian psikososial. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk melakukan pendampingan dan pengarahan dalam perkembangan bahasa anak sejak usia dini. Setiap tahap memiliki karakter tersendiri yang memerlukan penanganan khusus.
Menurut buku Bidang Pengembangan Kemampuan (Elin Rusoni, 24:2006) Tahap  perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam dua bagian, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik.
1) Tahap Pralinguistik (Masa Meraban)
Pada tahap ini, bunyi–bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna. Bunyi–bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan tertentu. Akan tetapi secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata dan makna tertentu. Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan bahasa anak yang dialami oleh anak yang berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi lagi ke dalam dua tahapan, yaitu:
a) Tahap Meraba Pertama
Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian kelompok ini  bersifat umum dan tidak berlaku persis pada setiap anak.
Usia 0 - 2 bulan
Sudah dapat mengetahui asal suara. Mereka sudah dapat membedakan suku kata, mereka bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional suara manusia misalnya, mereka akan tersenyum jika mendengar suara yang ramah atau sebaliknya mereka akan menangis jika mendengar suara dengan nada marah. Anak hanya dapat mengeluarkan bunyi–bunyi refleksif untuk menyatakan rasa lapar, sakit atau ketidaknyamanan yang menyebabkan anak menangis dan rewel, serta bunyi vegetative yang berkaitan dengan aktivitas tubuhseperti batuk, bersin, sendawa, telanan (makanan), dan tegukan(menyusu atau minum). Umumnya, bunyi seperti bunyi vokal dengan suara yang agak serak. Sekalipun bunyi–bunyi itu tidak bermakna secara bahasa, tetapi bunyi–bunyi itu merupakan bahan untuk tuturan selanjutnya.
Usia 2 - 5 bulan
Pada usia 3-4 bulan bayi dapat membedakan suara laki–laki dan  perempuan. Anak mulai mendekat dan mengeluarkan bunyi–bunyi vokal yang bercampur dengan bunyi– bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang lain.
Usia 4-7 bulan
Anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi (rentang waktu) yang lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip vokalnya lebih bervariasi. Konsonan nasal/m/n sudah mulai muncul.
b) Tahap Meraba Kedua
Tahap Meraba Kedua usia 6-12 bulan, anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi atau pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti/ba ba ba/,ma ma ma/, dad a da/. Vokal yang muncul adalah dasar /a/ dengan konsonan hambat labial /p, b/ nasal /m, n, g/, dan alveolar /t, d/. selanjutnya celotehan reduplikasi ini berubah lebuh bervariasi. Vokalnya sudah mulai menuju vokal /u/ dan /i/, dan konsonan frikatif pun, seperti /s/ sudah mulai muncul. Pada tahap ini anak mulai aktif. Dialami oleh anak usia 6 bulan samapi satu tahun. Secara fisik ia sudah mulai melakukan gerakan– gerakan. Cara berkomunikasi pada tahapan ini lebih bervariatif, yaitu tidak hanya menoleh, tersenyum dan menangis saja tapi ditambah dengan memegang, mengangkat atau menunjuk.
2) Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada tahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa. Tahap linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni:
a) Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada periode ini disebut holofrase, karena anak– anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya itu.
b) Ucapan Dua Kata
Berlangsung sewaktu anak berusia 1,5-2 tahun. Tahap ini memasuki tahap pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Komunikasi yang ingin ia sampaikan adalah bertanya dan meminta. Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat. Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah kata-kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja.
c) Pengembangan Tata Bahasa
Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa. Perkembangan ini ditandai dengan  penggunaan kalimat dengan lebih dari dua kata. Tahap ini umumnya dialami oleh anak usia sekita 2 sampai 5 tahun.
d) Tata Bahasa Menjelang Dewasa
Tahap perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah berumur antara 5-10 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu menyusun kalimat yang lebih rumit. Tahap-tahap perkembangan di atas, berkembang pula penguasaan mereka atas system  bahasa yang dipelajarinya.

F. Pengertian Bermain Peran
Menurut Lilis Suryani (2008 : 109), bermain peran adalah memerankan karakter/tingkah laku dalam pengulangan kejadian yang diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian yang masa kini yang penting, atau situasi imajinatif. Anak-anak pemeran mencoba untuk menjadi orang lain dengan memahami peran untuk menghayati tokoh yang diperankan sesuai dengna karakter dan motivasi yang dibentuk pada tokoh yang telah ditentukan.
  Supriyati berpendapat dalam buku Metode Pengembangan Prilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini (2008 : 109), bermain peran adalah permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. Bermain peran berarti menjalankan fungsi sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan sebagai dokter, ibu guru, nenek tua renta.
Bermain peran sering digunakan untuk mengajarkan masalah tanggung jawab warga negara, kehidupan sosial, atau konseling kelompok.metode ini memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari tingkah laku manusia.
Pengertian bermain peran menurut buku didaktik metodik di Taman Kanak-Kanak (Depdikbud 1998) adalah memerankan tokoh-tpkoh atau benda-benda di sekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan.

G. Tujuan dan Fungsi Bermain Peran
Bermain peran dalam proses pembelajaran yang ditujukan agar anak didik dapat  mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial atau manusia.
Roestiyah (2011:91) menegaskan bahwa guru menggunakan metode ini dalam proses belajar memiliki tujuan agar anak didik dapat memahami perasaan orang lain, dapat tepa seliro dan toleransi. Dengan bermain peran mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru.  Ia bisa belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya.

H. Aktivitas Guru dan Anak dalam Kegiatan Bermain Peran
Kegiatan bermain peran merupakan salah satu sentra yang memiliki peranan terhadap aspek-aspek perkembangan salah satunya yaitu perkembangan kemampuan bahasa anak karena dalam kegiatan bermain peran anak bebas mengekpresikan ide dan pikirannya melalui ungkapan dan percakapan yang dilakukan bersama lawan bermain peran lainnya.
Pada materi pagi guru memberikan informasi-informasi seputar tema yang telah ditentukan sesuai kalender tema yang dibuat. Rancangan Kegiatan Harian materi pagi berisi indikator pengembangan kemampuan anak dimulai bermain sebelum masuk kelas sampai menjelang istirahat sarapan pagi. Sedangkan Rancangan Kegiatan Harian sentra bermain peran berisi indikator atau materi yang akan disampaikan terdiri dari: isi kegiatan, pijakan lingkungan, pijakan awal, pada pijakan ini guru mempersiapkan media pembelajaran yang sekiranya diperlukan untuk menunjang tercapainya indikator pembelajaran harian anak.
Kegiatan sebelum bermain kegiatan ini bermakna agar kondisi fisik dan psikis anak benarbenar siap menjalankan rutinitas belajar mengajar pada sentra main peran selanjutnya untuk persiapan psikis anak, guru mengajak anak bernyanyi bebas dan mengekspresikan perasaannya dengan bercerita pengalaman yang mengesankan yang ingin diceritakannya.
Bila masih ada waktu guru dapat membacakan buku cerita yang masih berhubungan dengan tema. Hal tersebut dilakukan guru agar anak memiliki pemusatan perhatian terhadap apa yang akan disampaikan oleh guru, sebagaimana di jelaskan Hakim bahwa, untuk menumbuhkan konsentrasi anak terhadap pembelajaran maka dibutuhkan pemusatan permahatian yang harus dilakukan guru sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Setelah guru merasa anak sudah menunjukkan emosi yang bagus atau kesiapan dalam mengikuti sentra, barulah guru menuntun perhatian anak pada media atau display yang telah diletakan pada tempatnya.
Pada pijakan saat bermain guru terus mengawasi dan mencatat hal yang dirasa perlu agar bisa dibicarakan ketika selesai bermain. Mungkin saja mengenai cara anak berinteraksi dengan temannya menggunakan ungkapan atau pembicaraan pada saat melakukan kegiatan bermain peran. Penguatan yang diberikan guru berupa pujian kepada anak yang bisa melakukan kegiatan bermain peran dengan baik. Seperti yang dijelaskan Aisyah dalam kegiatan belajar mengajar penghargaan mempunyai arti penting, tingkah laku dan perbuatan anak yang baik diberikan senyuman atau kata-kata pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan perbuatan anak.
Selama kegiatan bermain peran berlangsung guru tidak terlalu banyak ikut campur, ini bertujuan agar anak bisa bebas mengekpresikan gagasan dan ide yang dimiliki anak dalam bermain sehinga anak tidak memiliki sifat ketergantungan kepada guru dalam setiap kegiatan belajar. Hal ini berkaitan dengan yang di jelaskan Dhieni (2006:7.31) yaitu, secara khusus pengembangan kemampuan bahasa anak dapat dilakukan dengan berbagai macam metode mengajar termasuk salah satunya yaitu kegiatan bermain peran seperti yang telah peneliti jelaskan sebelumya.
Berkembangnya kemampuan bahasa anak dapat dilihat dari antusias anak dalam melakukan kegiatan bermain peran dengan teman mainnya dan bertambahnya perbendaharaan kata anak dengan adanya kosa kata baru yang diperoleh anak selama kegiatan bermain peran dan kegiatan bermain peran ini anak juga dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya melalui bahasa secara sederhana, melatih anak memiliki kemampuan berbicara dengan jelas, lancar, kemampuan menyimak dan anak juga dapat memahami apa saja yang diungkapkan oleh lawannya bermain peran yang tampak karena adanya interaksi atau saling berbicara antara pembicara dengan lawan bicara.
Sebagaimana diungkapkan oleh Masitoh, dan kawan-kawan dalam Aisyah, (2009:1.14) bahwa pengembangan bahasa bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara cepat, tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangkitkan minat anak untuk berbahasa Indonesia.

I. Lingkungan yang Kreatif
Pengertian Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan, tetapi pada factor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dannilaiyangmendasarinya.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yag juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih.
Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.







BAB III
PEMBAHASAN

A. Sasaran Aspek Yang Dikembangkan
Aspek yang dikembangkan dalam kegiatan bermain peran banyak sekali selain mengembangkan aspek bahasa pada anak, bermain peran juga dapat mengembangkan aspek sosial emosional dan kognitif pada anak. Karena dalam kegiatan bermain peran anak berinteraksi dengan teman-temannya dan anak juga mengungkapkan yang ada di dalam pikirannya sesuai dengan pengalamannya.

B. Alasan Pemilihan Kegiatan Bermain Peran
Bermain peran dalam proses pembelajaran yang ditujukan agar anak didik dapat  mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial atau manusia.
Dengan bermain peran mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru.  Ia bisa belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya.

C. Teknik Kegiatan Bermain Peran
1. Strategi Bermain Peran
Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran:
1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, Dalam halini guru hendaknya memberikan anak berbagai motivasi atau dorongan yang mengarah pada apa yang akan anak- anak perankan.
2. Memilih partisipan/peran, Dalam bagian ini anak dipersilahkan memilih peran apa yang akan ia perankan. Gurupun juga harus memberi bimbingan kepada anak bagaimana ia memerankan tokoh yang ia pilih
3. Menyusun tahap-tahap peran,
4. Menyiapkan pengamat,
5. Pemeranan,
6. Diskusi dan evaluasi,
7. Pemeranan ulang,
8. Diskusi dan evaluasi tahap dua,
9. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.
Kesembilan tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut, Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan. Masalah dapat diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk mengetahui bagaimana masalah yang hangat dan actual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik, menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik, serta memungkinkan berbagai alternative pemecahan. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran. Jika para peserta didik tidak menyambut tawaran tersebut, guru dapat menunjuk salah seorang peserta didik yang pantas dan mampu memerankan posisi tertentu.
2) Materi Kegiatan Bermain Peran
Dalam melaksanakan metode bermain peran ini agar berhasil dengan efektif, maka perlu mempertimbangkan prosedur pelaksanaannya. Menurut Roestiyah (2011:91) prosedur pelaksanaan bermain peran dimaksud sebagai berikut : (1) Menyiapkan naskah, alat, media yang akan digunakan dalam kegiatan bermain peran. (2) Guru harus menerangkan kepada anak didik, untuk memperkenalkan teknik ini, bahwa dengan jalan bermain peran anak didik diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat. (3) Guru menunjuk beberapa anak yang akan berperan, masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya. Dan anak yang lain jadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula. (4) Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan menarik sehingga anak terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu. (5) Memberi kebebasan kepada anak untuk memilih peran apa yang disukai. (6) Agar anak dapat memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan pertama. (7) Jelaskan kepada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas peranannya, menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog. (8) Anak yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, disamping mendengar dan melihat mereka juga harus bisa memberi saran dan kritik pada apa saja yang akan dilakukan bermain peran. (9) Menghentikan bermain peran pada detik-detik situasi yang sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi umum. (10) Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, maka perlu dibuka tanya jawab.
Dengan berperan seperti orang lain, maka anak itu dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih terhadap sesama.






BAB IV
SIMPULAN

Dari pembahasan di tas dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain peran dapat mengembangan kemampuan bahasa anak secara optimal dan dapat mengembangkan semua aspek-aspek perkembangan anak termasuk perkembangan kemampuan bahasa anak.
Pada kegiatan bermain peran ini  diterapkan beberapa pijakan penting dalam memberikan kegiatan dari awal sampai kegiatan berakhir. Berdasarkan deskripsi kegiatan bermain peran dalam pengembangan kemampuan bahasa anak, seluruh rangkaian kegiatan bermain peran dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan memerlukan kemampuan bahasa yang dimiliki oleh anak agar kegiatan bermain peran berjalan dengan lancar. Seperti anak melakukan kegiatan saling bercakap-cakap atau saling berbicara pada saat melakukan kegiatan bermain peran.
Kegiatan bermain peran dalam pengembangan kemampuan bahasa anak, pada umumya sudah sesuai dengan peranan kegiatan bermain peran salah satu dapat mendukung kemampuan anak berbicara dengan lancar karena adanya interaksi antara anak bersama temannya dalam melakukan kegiatan bermain peran. Tetapi jika permainan dilakukan secara individu maka perkembangan kemampuan bahasa anak kurang terlihat karena tidak adanya interaksi dengan teman lain dan tentunya anak akan kurang termotivasi untuk berdialog atau berbicara.




DAFTAR PUSTAKA
Dhieni, Nurbiana. 2006. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Mustikawati. Kegiatan Bermain Peran Dalam Pengembangan Kemampuan  Bahasa Anak Di Kelompok Bermain-Taman Kanak-Kanak Islam Nibras Padang. Jurnal Pesona, PAUD Vol. 1 No. 1 emailsitika@yahoo.com
Roestiyah. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Rusoni, Elin. 2006. Tahap Pemerolehan Bahasa Anak dan Perkembangan Bahasa Anak.
Lilis Suryani, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Shaftel, Fannie R. 1967. Role Playing for Social Values. New Jersey: Prentice Hall. Inc
http://jamal-alfath.blogspot.co.id/2014/02/tujuan-fungsi-dan-prosedur-pelaksanaan.html di unduh 17 April 2018 pukul 20:08
http://www.definisi-pengertian.com/2015/06/definisi-pengertian-bermain-peran.html di unduh 17 April 2018 pukul 20:08
http://www.sarjanaku.com/2010/11/perkembangan-bahasa-anak.html di unduh 17 April 2018 pukul 20:08
http://riksabahasa.blogspot.co.id/2012/02/hubungan-antara-kemampuan- berpikir_6109.html di unduh 17 April 2018 pukul 20:08
http://seminarparenting.com/tahapan-perkembangan-bahasa-anak-usia-dini/ di unduh 17 April 2018 pukul 20:08
http://www.anekamakalah.com/2013/03/metode-bermain-peran.html di unduh 17 April 2018 pukul 20:08